Saya ingin menulis sebuah pemikiran yang
di dasari dinamika kehidupan politik dan masyarakat di Papua.
Fenomena yang terjadi saat ini di Papua
sungguh memperihatinkan, pasalnya pemerintah pusat secara fokus dan
berkonsentrasi untuk membuat tanah kita Papua menjadi maju dan sejahtera.
Namun sayang, sikap pemikiran yang dangkal
para pemimpin kelompok gerakan separatis di Papua ini membuat pembangunan yang
dilakukan menjadi terhambat bahkan banyak yang tidak berlanjut karena
mental-mental “tempe” para pengacau tanah Papua yang hanya memikirkan urusan
perut tanpa melihat masa depan.
Seperti kelompok KNPB dan NFRPB contohnya,
mereka hanya berpikir bagaimana punya uang untuk beli minuman, bagaimana bisa
poya-poya, dan semuanya hanya sebatas memikirkan urusan perut semata.
Kata “perjuangan” yang mereka teriakkan
hanya tipu daya saja, semuanya semu. sudah bertahun-tahun, dari hari ke hari,
minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun, yang mereka isukan
hanya sebatas konflik dan konflik. Pernahkah anda mendengar kelompok mereka
menyuarakan pembangunan? Kemajuan Papua? Kesejahteraan rakyat?, silahkan anda
jawab sendiri.
Tetapi yang saya amati, mereka justru
meminta sumbangan kepada msyarakat dengan cara memaksa, untuk melancarkan
aksi-aksi mereka termasuk mengisi perut mereka, sungguh picik dan licik,
memanfaatkan dan menindas saudara sendiri hanya demi kesenangan sesaat. Apa
yang kalian cari wahai saudaraku?
Tidak sampai disitu saja, pemerintah yang
ingin membangun fasilitas untuk masyarakat saja mereka halangi, mereka mintai
denda, mereka mintai bayaran, apa ini?. Apakah ini yang kalian sebut perjuangan
wahai saudaraku?
Tidak hanya itu, belum lagi kelompok TPN
OPM yang secara terang-terangan menunjukan bahwa kelompoknya memiliki kekuatan
bersenjata, anda mau menembak siapa? Selama ini yang saya amati anda menembak
orang-orang yang tidak bersalah. Berapa banyak saudaramu yang kau tembak?
Berapa orang saudara kita yang kau bacok dan kau panah?
Wahai saudaraku TPN OPM, anda semua adalah
saudaraku, janganlah mempermalukan diri sendiri, jangan menghinakan diri
sendiri, stop sudah berbuat kebodohan. Kembalilah ke jalan yang benar,
kembalilah ke pangkuan ibu pertiwi, belajarlah kepada beberapa saudara kita
yang sudah sadar dan kembali kepada Ibu Pertiwi. Mari renungkan saudaraku!
Penulis adalah President/Ketua Umum Badan
Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua, Pdt. Dr. Socrates
Sofyan Yoman.